Legenda Sepakbola Indonesia, Membawa Timnas Sampai Piala Dunia
Jika saat ini Indonesia terus terpuruk di rangking FIFA, yang bulan
Agustus 2012 bercokol di urutan 168 dunia. Prestasi terburuk sejak
Indonesia bergabung di organisasi tertinggi sepakbola dunia itu. Lantas,
apakah ini menciutkan semangat dan rasa cinta kita untuk tim kesayangan
Timnas Garuda. Sejarah panjang sepakbola Indonesia bukanlah dimulai
oleh era NK dan JA, tapi berpuluh-puluh tahun lalu, Timnas kita
dihormati dan disegani di Asia dan level dunia. Ternyata, Timnas kita
juga pernah berlaga di ajang bergengsi yakni Piala Dunia. Anda masih
tidak percaya?
Dalam tulisan ini, saya salinkan kisah seorang legenda sepakbola Indonesia era keemasan Timnas tahun 1950-an, dialah Ramang.
Dengan cara yang aneh, Indonesia berangkat ke Prancis 1938 setelah
Amerika Serikat dan Jepang sama-sama menolak bertanding dalam laga
play-off.
Saat itu Indonesia yang masih dikuasai Belanda bernama Hindia Belanda.
Petualangan di Piala Dunia hanya berlangsung selama 90 menit, Indonesia
dihajar Hungaria enam gol tanpa balas. Kekalahan ini menjadikan
Indonesia sebagai satu-satunya tim yang hanya bermain dalam satu
pertandingan di putaran final Piala Dunia.
Meloncat ke era 50-an, Indonesia mulai bangkit dan menunjukkan kualitas
mereka di level Internasional. FIFA menyebut era ini adalah masa
keemasan sepakbola Indonesia. Tim Garuda menjadi kekuatan yang ditakuti
di Asia dan semua itu berkat penampilan gemilang seorang legenda asal PSM Makassar, Ramang.
Perjalanan Ramang bersama timnas Indonesia dimulai pada tahun 1952. Ia
dikirim daerahnya untuk mengikuti training camp di Jakarta. Karena
kemampuannya yang di atas rata-rata, ia terpilih untuk menjadi pemain
timnas Indonesia.
Tak butuh waktu lama bagi Ramang untuk membangkitkan imajinasi dan
harapan rakyat Indonesia, negara yang masih muda. Indonesia melakoni tur
Asia Timur melawan Filipina, All-Hong Kong, Hong Kong Selection,
Persatuan Seluruh China, Korea Selatan, dan Thai Royal Air Force pada
tahun 1953. Dari sekian banyak pertandingan di negeri asing, Indonesia
hanya kalah sekali oleh Korsel, sisanya mereka menangkan semua. Begitu
dahsyatnya kemampuan Indonesia saat itu hingga mereka mencatat 25 gol
dan hanya kebobolan tujuh kali dalam enam pertandingan. 19 gol Indonesia
di tur itu dicetak oleh Ramang.
Tiga tahun berselang, Indonesia kembali mendapat kesempatan bermain di
ajang besar. Tim sepakbola Indonesia dinyatakan lolos ke perempat final
Olimpiade Melbourne 1956 setelah Vietnam Selatan mengundurkan diri. Ini
adalah satu-satunya partisipasi Indonesia di ajang Olimpiade. Di atas
kertas, Indonesia yang merupakan negeri antah berantah di dunia
sepakbola diprediksikan akan dihajar oleh tim-tim kuat dunia. Tapi itu
tidak terjadi.
Pelatih Indonesia Saat itu Antun Pogacnik mempersiapkan
Indonesia dengan baik. Tak lupa, ia membawa serta Ramang ke dalam
timnya. Lawan mereka di perempat final adalah salah satu tim terkuat
dunia saat itu, Uni Sovyet. Patut dicatat bahwa Indonesia bukan melawan
tim junior atau tim amatir Uni Sovyet; Garuda bertanding melawan tim
yang kurang lebih sama dengan yang menjuarai Piala Eropa pada tahun
1960.
Uni Sovyet diperkuat pemain hebat seperti Lev Yashin, Igor Netto,Eduard Streltsov dan Valentin Ivanov.
Di babak sebelumnya, Uni Sovyet telah mengalahkan juara dunia Jerman
Barat dengan skor 2-1. Mereka terperangah oleh penampilan spartan yang
ditunjukkan skuad tak dikenal bernama Indonesia.
Pertahanan Rusia dikejutkan oleh serangan kilat yang dilancarkan seorang
diri oleh Ramang di awal laga. Melewati beberapa defender lawan, Ramang
melepaskan tembakan yang secara ajaib mampu diselamatkan oleh Yashin.
Indonesia lalu dikurung habis-habisan oleh Uni Sovyet yang memang lebih
superior dalam hal teknis. Strategi ultra defensif yang diterapkan
Pogacnik mampu meredam semua serangan yang dilancarkan oleh tim Eropa
Timur itu. Ramang dengan kelincahannya bahkan nyaris membuat Uni Sovyet
gigit jari. Pada menit ke 84, melalui skema serangan balik cepat, Ramang
berhasil melepaskan tembakan yang kembali bisa diselamatkan dengan
ajaib oleh Yashin.
Pertandingan itu berakhir tanpa gol. Dalam sebuah wawancara, ramang mengatakan: Sebenarnya saya bisa mencetak gol waktu itu andai seragam saya tak ditarik dari belakang oleh pemain lawan.
Di pertemuan kedua, Indonesia dihajar empat gol tanpa balas oleh
Sovyet. Namun kemenangan itu tak diraih dengan mudah. Sovyet yang sudah
tahu kelihaian Ramang sampai harus menempatkan salah satu pemain
terbaiknya, Igor Netto, untuk mengawal Ramang secara khusus.
Penampilan Indonesia kala menahan imbang Sovyet disebut FIFA sebagai
salah satu penampilan paling heroik dalam sejarah sepakbola Olimpiade.
‘Hutang’ Indonesia kepada Ramang tak hanya berhenti sampai di situ.
Indonesia yang meretas jalan menuju Piala Dunia 1958 Swedia berhasil
mengalahkan China di putaran pertama. Ramang mencetak dua gol dalam dua
pertandingan, dan Indonesia lolos ke babak selanjutnya dengan agregat
4-3. Indonesia kemudian melaju ke putaran kedua kualifikasi dan
tergabung dengan Sudan, Israel dan Mesir. Karena alasan politik,
Indonesia tak mau bermain di markas Israel dan mengundurkan diri dari
kualifikasi. Andai bisa menjadi juara grup, Indonesia akan lolos ke
Piala Dunia untuk kali kedua.
Ramang memperoleh banyak skill dan trik sepakbola dari permainan khas
Indonesia, Sepak Takraw. Ia lahir dari keluarga pecinta sepak takraw dan
semasa kecil sudah pandai melakukan juggling menggunakan jeruk. Mungkin
karena itu pula, penampilan Ramang sangat atraktif. Ia mahir mencetak
gol lewat bicycle kick serta sering mencoba membuat gol langsung dari tendangan pojok dari sisi kanan.
Jika skill dan jasa Ramang tak mampu membuat anda terkesan, maka
ingatlah bahwa ia hidup pada era di mana sepakbola bukanlah sebuah
pilihan hidup yang menjanjikan. Demi sepakbola, Ramang harus bekerja
serabutan dengan gaji yang hanya cukup untuk menyambung hidup
keluarganya. Semua demi cintanya kepada sepakbola.
Meski pada Rabu (26/9) kemarin Ramang telah genap meninggalkan kita
selama 25 tahun, kehebatannya belum dan mungkin tak akan pernah berhenti
diceritakan. Semoga dengan mengingat Ramang, kita bangsa Indonesia akan
bisa terinspirasi untuk memperbaiki diri demi memajukan dua hal yang
kita cintai; sepakbola dan Indonesia.
Ramang (alm.) yang sampai akhir hayatnya tidak bergelimang harta malah
harus berjuang dengan penyakitnya tanpa mendapat bantuan dari
pemerintah, adalah salah satu legenda sepakbola Indonesia yang sudah
selayaknya dan sepantasnya bangsa ini berterima kasih dengan Putra
Makassar ini. Semoga kecintaan kita untuk Timnas selalu tumbuh dan
bersemi di dada-dada bangsa ini. Sepakbola adalah bagian dari sejarah
bangsa ini, yang telah mengharumkan nama bangsa di mata dunia.
Kesepakatan JC di Kualalumpur 20 September silam adalah titik tolak
persatuan dan kebangkitan Timnas. Kita harapkan jangan ada lagi
kepentingan sempit segelintir orang yang mengatasnamakan sepakbola untuk
mencapai tujuan-tujuan praktisnya. Mari kita bersatu untuk Timnas demi
kehormatan bangsa ini. KARENA GARUDA SELALU DI DADAKU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar